Saling Menghujat |
Penilaian sebagian orang, termasuk
pemimpin acara Indonesian Lawyer Club [ILC], mengatakan acara ini adalah yang
paling bergengsi di Indonesia. Hampir semua profesi yang hebat-hebat diundang
sepekan sekali, dengan setting acara yang kelihatannya mewah, di atur secara round
table, layaknya acara pesta makan minum, tetapi isinya adalah perdebatan.
Profesi yang hebat-hebat, seperti
pengacara, advokad, akademisi, anggota legislatif [politikus], eksekutif
[pemerintah] , budayawan, agamawan, artis, seniman, tentara, polisi, dan
sebagainya. Termasuk para mahasiswa hukum yang sedengan belajar untuk pandai
berdebat.
Bila salah seorang peserta dalam
diskusi [perdebatan] tersebut dipatahkan argumentasinya, maka sorak sorai
hadirin cukup riuh dengan penuh rasa kepuasan merendahkannya. Namun, hebatnya,
tiada seorangpun yang marah, apalagi sampai terjadi adu fisik, seperti yang
pernah kita saksikan di gedung DPR, para wakil rakyat beradu fisik, tanpa rasa
malu. Tapi menurut saya, mungkin saja di acara ILC tersebut ada diantara mereka
yang benar-benar tersinggung di dalam hati, namun tidak menampakkannya, atau
bahkan mungkin ada yang sampai menyimpan rasa dendam dalam hati.
Aib pribadi, partai politik,
instansi, dan seterusnya dikupas habis dengan begitu vulgarnya, sampai
benar-benar puas, tanpa rasa malu ditonton jutaan pasang mata. Saling ngumpat,
saling hujat, bahkan sampai aib pribadipun dibicarakan. Saling menyalahkan,
saling membodohkan, dan saling mengeluarkan kata-kata/istilah/pepatah yang merendahkan
martabat lawan bicara. Telihat adanya kepuasan pada wajah-wajah mereka, bila
telah mematahkan argumentasi lawan bicaranya. Namun sekali lagi hebatnya, tidak
terjadi adu fisik, walau pembicaraan sudah mengarah kepada pelecehan profesi
atau pribadi.
Paradigma Islam dalam berdiskusi:
QS. Al-Hujarat [49] ayat 12:
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.
QS Al-Ahzab [33] ayat 70:
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar [baik].
QS. Al-Ankabut [29] ayat 46:
Janganlah kamu berdebat dengan Ahli
Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang dzolim
di antara mereka.
QS. Qof [50] ayat 18:
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
Seharusnya, setiap kita senantiasa
memelihara lidah dari perkataan yang dapat menyakitkan sesama manusia. Berdebat
dengan ahli kitab saja, kita diwajibkan dengan cara yang ahsan [santun],
kecuali ahli kitab yang dzolim. Terminologi ahli kitab pada zaman Rasulullah saw,
adalah penganut Yahudi dan Nashrani yang masih memegang teguh kitab Taurat dan
Injil.
Rasulullah saw:
Siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam [Bukhari, Muslim dari Abu Hurairoh
ra].
Seakan-akan Rasulullah saw, berkata: orang
yang berbicara sampai menyakitkan orang yang mendengar, adalah orang yang lemah
imannya dan lemah keyakinannya terhadap hari akhir.
Suatu ketika, Abu Musa ra, bertanya
kepada Rasulullah saw, siapakah yang paling mulia diantara kaum muslimin?.
Jawab Nabi saw: adalah orang muslim yang semua orang selamat dari lidah dan
tangannya [Bukhari, Muslim].
Jaminan Rasulullah saw:
Saya jamin baginya untuk masuk Sorga,
yaitu orang menjaga diantara dagunya dan diantara pahanya. Maksudnya, adalah lidah
dan kemaluan.
Jadi sungguh mudah untuk masuk ke
dalam Sorga, apalagi hal ini telah dijamin oleh Rasulullah saw. Jaga lidah dan
kemaluan, kecuali terhadap yang telah dihalalkan.
Ibni Umar ra berkata: Rasulullah saw,
bersabda, jangan banyak bicara selain dzikr kepada Allah swt, karena banyak
bicara dapat menyebabkan kerasnya hati.
Uqbah bin Amir ra, bertanya kepada
Rasulullah saw: apakah yang dapat menyelamatkan?. Jawab Nabi saw: tahanlah
lidahmu.
Abu Sa’id Alkhudry, berkata: bersabda
Rasulullah saw: setiap pagi semua anggota badan berkata kepada lidah, takutlah
kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami, sebab keselamatan kami
tergantung kepadamu.
Imam syafi’i rahimahullah, berkata:
setiap akan berdebat, maka demi Allah saya berdo’a semoga lawan debat saya
mendapat hidayah dan Allah memenangkannya dalam adu pendapat tersebut. Demikian ahlak
Imam Syafi’i dalam berdebat. Penuh dengan kesantunan. Secara kasat mata, sangat
berbeda dengan perdebatan yang kita saksikan di acara ILC.
Mari kita kembali kepada nila-nilai
qur’an, sunnah Rasulullah saw, perilaku para sahabat, dan para salafus sholeh
dalam setiap perdebatan. Bila perlu, kita hindari perdebatan jika mudhoratnya
lebih banyak daripada manfaatnya. Wallah a’lam.
Pagedangan, 22 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar