Jumat, 12 Oktober 2012

PERSIAPAN

Berpacu Meraih Prestasi

Qur’an (S. Al-Hasyr [18]):
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Bila kita berbicara perihal 7 Habits, kita akan berbicara mengenai pikiran Dr. Stephen Covey; dan sebaliknya. Karya Covey yang terbit pertama kali pada 1989, The 7 Habits of Highly Effective People, telah mengilhami puluhan juta orang di muka Bumi untuk berubah. Karya monumental inilah yang menjadi warisan utama Covey sepeninggalnya 16 Juli lalu dalam usia 79 tahun.

Sejumlah karya motivasional sudah hadir lebih dulu, seperti In Search of Excellence karya Tom Peters dan Robert Waterman (1982) serta How to Win Friends and Influence People karya Dale Carnegie. Namun, Covey pada masanya mampu menarik puluhan juta orang untuk berpaling kepada gagasan-gagasannya. Ia mengajak orang untuk memperbaiki diri dengan bertumpu pada kekuatan yang ada di dalam diri sendiri—self-improvement dan self-reliance.
Apa yang dimaksud dengan habit (kebiasaan) oleh Covey ialah interseksi antara pengetahuan, keterampilan, serta kemauan. Anda mungkin masih ingat tujuh kebiasaan yang diajarkan Covey:
1.    bersikap proaktif,
2.    memulai dari tujuan akhir,
3.    mendahulukan yang utama,
4.    berpikir menang/menang,
5.    berusaha memahami lebih dahulu baru kemudian dipahami,
6.    mewujudkan sinergi, dan
7.    melakukan perbaikan terus-menerus.

Covey kemudian mengamendemen dengan kebiasaan kedelapan (The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness). Jurus kedelapan untuk beranjak dari pribadi efektif menjadi pribadi hebat, menurut Covey, ialah menemukan panggilan jiwa dan mengilhami orang lain untuk menemukan panggilan jiwa mereka.
Salah satu hal yang menarik pada Covey ialah bagaimana ia berpegang pada prinsip yang diyakininya dan menolak apa yang menurutnya tidak sesuai dengan cara yang empatetik. Suatu ketika ia mengatakan, “Anda harus memutuskan apa prioritas tertinggi Anda dan milikilah keberanian—dengan cara yang menyenangkan, tersenyum, dan tidak apologetis— untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang lain.
Covey mengingatkan bahwa dalam banyak persoalan, masalah utamanya justru terletak pada bagaimana cara kita melihat persoalan tersebut. Sebagai contoh, ketika kita melihat sebuah persoalan sebagai peluang untuk maju, maka kita akan termotivasi untuk menemukan pemecahan terbaik. Bila kita melihat kesukarannya terlebih dulu, kita melihat persoalan itu sebagai beban yang memberati pundak. Ia pernah mengatakan, “Bukanlah apa yang terjadi pada diri kita, melainkan respons kita terhadap apa yang terjadilah yang menyakitkan kita.”

Gagasan yang tertuang dalam 7 Habits dianggap paling berpengaruh dan diadopsi oleh berbagai perusahaan dan organisasi lainnya, maupun individu-individu. Covey dipandang berhasil merumuskan tujuh kebiasaan penting yang mampu mengubah seseorang menjadi individu yang sukses dalam kerja dan keluarga. Lewat formula 7 Habits plus amendemennya, Covey mendorong setiap individu untuk menemukan panggilan jiwanya. Karakter, menurut Covey, terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan.
Ia mengajak kita untuk selalu melihat sisi positif dari setiap individu dan setiap persoalan. Ia mengajak kita membebaskan diri dari bayang-bayang masa silam, yang terang maupun yang gelap. “Hiduplah dari imajinasimu, bukan dari sejarahmu,” kata  Dr. Stephen Covey.

Disadur dari berbagai sumber.

Pagedangan, 12 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar