Kamis, 11 Oktober 2012

TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN



Assalaamu’alaikum, sapa pak Ahmad kepada pak Sholeh seusai menegakkan sholat sunnat ba’da maghrib di masjid Ar Rahmaan. Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, jawab pak Sholeh.  Apa khabar pak?. Alhamdulillah, semoga kita semua diberkahi Allah swt. Demikian awal pembicaraan mereka berdua.
Subhanallah, maha suci Allah, kata pak Ahmad. Emangnya kenapa pak?, pak Sholeh mengomentari ucapan pak  Ahmad.
Coba bapak renungkan, pak Ahmad melanjutkan. Umar bin Khottab ra. Mengatakan: seandainya satu ekor domba meninggal di sungai Eufrat, Irak, maka saya akan pertanggung jawabkan di hadapan Rabbul ‘alamin. Itu hanya seekor binatang. Bagaimana kalau yang meninggal seorang manusia?. Lanjut pak Ahmad. Pak Sholeh belum nyambung dengan arah pembicaraan pak Ahmad. Sorry boss, saya belum nyambung dengan maksud ente. Jawab pak Sholeh, santai tanpa perubahan ekspresi diwajahnya yang  semakin jelas kerut-kerut ketuaan. Separuh kakinya sudah berbau tanah. Demikian kata orang banyak mengomentari usianya yang semakin senja.
Masa bapak gak baca Koran atau nonton TV?. Kayaknya pak Sholeh ini semakin meyakinkan kita untuk  segera membuat wasiyat kepada keluarga. Rumah masa depan semakin dekat. Kuburan. Pak Ahmad semakin tinggi tensi bicaranya.

Sabar pak Ahmad, innallah maasshobirin, sesungguhnya Allah swt bersama dengan orang-orang yang shobar. Pak Ahmad sedikit agak tenang. Coba bapak jelaskan kepada saya, apa maksud bapak dengan pernyataan Umar bin Khottab di atas?, demikian lanjut pak Sholeh.
Begini pak, lanjut pak Ahmad. Pada kegiatan mudik tahun 1433 H ini, pak Ahmad sedikit menarik napas karena berusaha untuk terus menahan emosinya, sambil beristighfar dalam hati. Pak Sholeh pun dengan shobar menunggu kelanjutan pembicaraan sahabatnya. Lebih dari 900 orang korban tewas dalam perjalanan mudik tahun 2012 ini, kurang lebih 70 % diantaranya pengendara sepeda motor. Pak Ahmad menaikkan lagi tensi bicaranya. Coba bapak renungkan, apakah sedemikian parahnya penderitaan ummat ini. Hanya untuk bersilaturrahim saja dengan keluarga mereka dikampung halaman, harus dengan pengorbanan nyawa yang sedemikian banyak?. Sementara sumber kekayaan alam Indonesia sedemikian banyaknya?. Pak Ahmad samakin emosi. Dimana letak kesalahan ummat ini?. Lanjut pak Ahmad. Apakah kita akan terus pasrah sampai benar-benar terlihat didepan mata kita pernyataan Rasulullah saw, bahwa ummat ini akan diperebutkan [dipermainkan] oleh orang-orang kafir?, seperti pada film kartun Tom & Jerry?. Coba bapak renungkan, lanjut pak Ahmad memberi kesempatan kepada pak Sholeh untuk berkomentar.


Pak Sholeh, iya ya pak, mulai nyambung maksud pembicaraan sahabatnya. Kalau begitu, siapa yang salah ya pak Ahmad?. Lho, saya kan nanya, kok balik nanya. Pak Ahmad sedikit emosi.
Mungkin, mereka yang jadi korban meninggal karena tidak disiplin dalam berkendara, kata pak Sholeh, atau mungkin kondisi [kualitas] jalan yang kurang bagus, atau mungkin kondisi fisik mereka yang kurang fit karena sedang berpuasa, apalagi bagi mereka yang melaksanakan i’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan, lanjut pak Sholeh. Benar pak, semua yang bapak katakan itu, semuanya benar, tapi.
Tapi apanya pak?. Kata pak Sholeh.

Ada yang lebih substansi, yang saya pikirkan. Dahi pak Sholeh seketika berkerut, walau sebenarnya sudah sangat jelas kerutan tanda ketuaan didahinya, menunggu pernyataan dari sahabatnya, pak Ahmad.
Begini pak. Lanjut pak Ahmad. Menurut saya, musibah atau bahkan laknat Allah swt, bila terjadi secara bersamaan, yaitu pemimpin yang tidak menyayangi rakyatnya dan secara bersamaan rakyat pun tidak menyayangi pemimpinya. Lebih dari sepekan ini saya menunggu pernyataan maaf atau minimal kata-kata prihatin dari seorang pemimpin tertinggi yang bernama presiden republik Indonesia, menanggapi banyaknya rakyat yang tewas dalam perjalanan mudik tahun ini. Tapi….. pak Ahmad menarik napas panjang. Seorang presiden Amerika yang kafir, Barack Obama. Seorang presiden Philpina yang juga kafir, Gloria Arroyo. Begitu semangat menyelamatkan rakyatnya yang terancam jiwanya dinegara lain. Kita lihat pada revolusi menjelang kejatuhan presiden Hosni Mubarak tahun lalu. Seorang Gloria Arroyo terbang langsung ke Mesir untuk menjemput rakyatnya. Demikian pula Barack Obama, membentuk tim khusus untuk menyelamatkan rakyatnya yang berada di Mesir. Itu baru terancam mati, belum mati. Bagaimana dengan presiden kita?. Presiden siapa?, kata pak Sholeh, emangnya saya ikut memilih presiden?. Siapa takut, kata pak Sholeh sambil bercanda. Ok, walau pun antum tidak memilih, tapi secara tidak langsung kita pun harus memikirkan kondisi ummat ini. Rasulullah saw, bersabda: orang yang tidak memikirkan kondisi ummat Islam, bukan bagian dari ummat Islam, demikan kurang lebih hadist Rasulullah saw.
Pernyataan maaf pun tidak keluar dari mulut sang presiden, padahal lebih dari 900 orang rakyatnya tewas dalam perjalanan mudik. Dimana rasa tanggung jawabnya?. Apalagi pernyataan mengundurkan diri, jauh api dari panggang. Pak Ahmad melanjutkan. Mau bapak apa?. Kata pak Sholeh.


Mau saya, kalau didengar oleh presiden. Begini pak. Pertama, keluarga yang tewas ada perwakilannya untuk menuntut tanggung jawab presiden. Minimal presiden berjanji bahwa kejadian tahun ini tidak akan terulang tahun depan. Bahkan kalau perlu mengundang mereka ke istana Negara untuk menunjukkan rasa empati beliau karena belum berhasil mensejahterakan rakyatnya. Apa mungkin?, kata pak Sholeh. Mungkin saja kalau Allah membuka hati beliau. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Kedua, menegur keras menteri yang terkait, bahkan kalau perlu dipecat, untuk pembelajaran bagi menteri  yang lain, yang tidak serius mengurus rakyatnya. Apa mungkin?, kata pak Sholeh. Kan mereka berasal dari partai politik yang berkoalisi dengan pemerintah. Runyam kalau begitu pak, Ketiga, lanjut  pak Ahmad. Harus ada sedikit ancaman, wah gawat kata pak Sholeh. Ancaman?. Begini pak, lanjut pak Ahmad: Dalam sejarah peradaban manusia, tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengalahkan people power, kekuatan rakyat yang bersatu. Sudah banyak contohnya, kalau bapak sedikit kritis tentang sejarah peradaban manusia. Pak, kata pak Sholeh: saya gak paham sejarah, SLTA aja gak lulus, beda dengan bapak yang jebolan S2. Begini aja, to de point. Apa maksud pak Ahmad?.
Kita bangikitkan kesadaran rakyat, agar kedepan lebih selektif dalam memilih pemimpin. Kata Ibnu Taymiyah rahimahullah, kualitas pemimpin menunjukkan kualitas orang yang memilihnya. Jadi bila kualitas pemimpin kita buruk, menggambarkan kualitas kita yang memilih juga buruk. Kita harus terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan ummat, agar berani memilih pemimpin yang berkualitas. Intinya? pak Sholeh bertanya. Intinya adalah tarbiyah, tarbiyah, dan tarbiyah.  Rasulullah saw. membina karakter para shahabat radhiyallahu anhum ajma’in, adalah melalui proses tarbiyah yang komprehensip. Apanya yang komprehensip, gak paham saya arti komprehensip, kata pak Sholeh. Maksudnya adalah tarbiyah yang menyeluruh. Meliputi aqiedah, akhlaq, ibadah, ukhuwwah, dan seterusnya. Ibnu Taymiyah rahimahullah berkata: Dien ini hanya akan tegak dengan ilmu dan jihad. Ini intinya, lanjut pak Ahmad.

Ok boss. Kita sepakat, pak Sholeh sambil melirik jam dinding Masjid. Hampir masuk waktu sholat isya pak. Ada lagi yang perlu bapak sampaikan?. Lanjut pak Sholeh. Astaghfirullah, kata pak Ahmad [dalam hati], saya sudah tertinggal ma’tsurat dan setengah jus tilawah qur’an diatara waktu maghrib dan isya. Semoga pembicaraan ini berkah dimata Allah swt. Adzan waktu isya terdengar. Keduanya membubarkan diri   menuju shof terdepan sambil menjawab kumandang  adzan isya.


Rasulullah saw:
Kamu semua adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban.

Pagedangan, 11 September, 2012










Tidak ada komentar:

Posting Komentar