Senin, 30 Januari 2012

KEUTAMAAN ILMU

Belajar Sampai Akhir Hayat
QS. Al-a'laq: 1-5
Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., adalah ayat tentang membaca.  Pertanyaannya, apa yang wajib dibaca?. Dan apa saja instrument-instrumen pembelajaran?.
Yang wajib dibaca [dibaca berarti dipelajari], adalah tentang keberadaan Tuhan pencipta alam semesta. Tentang semua hasil ciptaanNya, mulai dari benda-benda mikrokosmos sampai kepada makrokosmos, termasuk tumbuhan, binatang, dan manusia, serta kejadian sosial kemasyarakatan. Hasil pembelajaran ini, adalah ketundukan kepada Allah swt., dan permohonan pembebasan dari siksa Neraka. Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, peliharalah kami dari siksa neraka [QS. Al-‘imran: 191].

Nabi Muhammad saw
Menuntut ILMU adalah kewajiban bagi setiap muslim.
[Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik].
Rasulullah saw., mengijinkan kita untuk iri hati [dengki], hanya kepada dua orang, yang pertama: orang berilmu dan ilmunya digunakan untuk kemaslahatan dunia akhirat. Kedua: orang kaya dan kekayaannya digunakan untuk kemaslahatan dunia akhirat.
Kebahagiaan dunia, diraih dengan ilmu
Kebahagiaan akhirat diraih dengan ilmu
Kebahagiaan dunia-akhirat diraih dengan ilmu.
Jadi tiada pilihan lain bagi kita untuk berhenti belajar, walau sesaat

Instrumen Pembelajaran
Instrumen-instrumen pembelajaran, adalah kalam [pena], kertas, dan guru. Sedangkan harapan dari seorang penuntut ilmu, adalah ketinggian derajat disisi Allah swt. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan [QS. Al-Mujaadilah: 11]. Menurut ahli tafsir, beberapa derajat bisa bermakna ketinggian derajat yang tidak terbatas, dan akan dikenang sepanjang masa.

Instrumen lainnya, sebagaimana disebutkan dalam QS. An-Nahl: 78, adalah PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN HATI [akal]. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberikan kamu penglihatan, pendengaran, dan hati agar kamu bersyukur. Apa makna yang tersurat dalam ayat di atas?. Tiada lain, kalau kita memfungsikan ketiga instrumen pembelajaran di atas, maka hasil yang dicapai akan optimal, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati. Inilah yang dinamakan konsentrasi dalam belajar.

Metode Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Menurut Sayyid Sabiq, ada tiga cara memperoleh ilmu pengetahuan: 1. Banyak membaca, 2. Banyak berpikir dan menganalisis ciptaan Allah, 3. Banyak mengadakan penelitian.

Perbedaan Ilmu dan Harta
Suatu ketika, 10 orang dari pengikut Khawarij ingin menguji kepandaian Ali bin Abi Tholib ra.. Mereka mengajukan pertanyaan tentang keutaaan ilmu dibandingkan dengan harta. Maka Ali bin Abi Tholib ra., menjawab:

KEUTAMAAN ILMU DIBANDINGKAN HARTA   
1    Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul. Harta adalah warisan Firaun dan Qarun.
2    Ilmu akan menjaga diri kita. Harta  justru sebaliknya, kitalah yang harus menjaganya.
3    Semakin berilmu, semakin banyak orang yang menyayangi dan menghormatinya.
      Semakin banyak harta,  semakin banyak musuh dan orang yang iri kepadanya.
4    Ilmu jika digunakan dan diamalkan justru akan semakin bertambah.
      Harta jika digunakan justru akan semakin berkurang.
5    Pemilik ilmu akan dihormati dan mendapat sebutan baik.
      Pemilik harta seringkali dicemooh dan mendapat julukan yang buruk
6    Ilmu itu tidak ada pencurinya. Harta banyak pencurinya.
7    Pemilik ilmu akan diberi syafaat (pertolongan) di hari akhir kelak.
      Pemilik harta akan dihisab (diusut asal muasal dan penggunaan hartanya) oleh Allah SWT.
8    Ilmu akan abadi selamanya. Harta suatu saat akan habis tak bersisa.
9    Pemilik ilmu dijunjung tinggi karena kualitas manusianya.
      Pemilik harta dijunjung tinggi karena jumlah kekayaannya.
10  Ilmu itu akan menyinari pemiliknya, sehingga hatinya menjadi lembut, tidak beku, 
     dan hidup menjadi tenteram. Harta akan membuat gelap mata pemiliknya, 
     hati menjadi keras, dan hidup tidak menjadi tenang.
     [Disarikan dari kitab Usfuriyah].

Bagaimana dengan Indonesia?
Negara ini bagaikan kapal tanpa nakhoda. Didalamnya banyak orang pintar, bergelar sarjana S1, S2, dan S3, bahkan banyak yang bergelar Profesor. Namum kepintaran yang mereka miliki, sebagian diantara mereka telah digunakan untuk korupsi, menjalankan ketidakadilan, sengaja memiskinkan rakyatnya, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. Pernah kita mendengar atau melihat koruptor yang tidak bergelar sarjana?.
Hal ini  tidak terjadi secara tiba-tiba. Pertanyaannya, apa penyebab mereka rela melakukan berbagai bentuk kejahatan di atas?., bahkan begitu mudahnya menular kepada banyak orang?.
Salah satu penyebab utamanya, adalah karena sistem pendidikan yang diterapkan dinegara kita Indonesia tercinta

Ketika pendidikan kita hanya fokus menghasilkan para intelektual duniawi, maka tidak ada jaminan bahwa kepandaian mereka akan bermanfaat bagi dirinya sendiri apalagi bagi orang lain. Kepandaian mereka justru bisa membahayakan orang lain, seperti berbagai korupsi yang dirancang dengan canggih sehingga bisa terbebas dari jeratan hukum formal.

Bagaimana dengan generasi yang akan datang?
Apa yang harus kita persiapkan agar generasi yang akan datang tidak bertambah buruk ?. Harta yang dicari memang penting, juga  ilmu sangat penting. Tanpa ilmu dan harta kita  tidak bisa berbuat banyak untuk menjalankan fungsi kita sebagai kholifah dalam rangka untuk memakmurkan bumi ini. Namun yang sangat penting berdasarkan persfektip Islam, adalah kita wajib memiliki iman, ilmu, dan harta. Tiga serangkai inilah yang dapat menghantarkan kita untuk mewarisi bumi ini. Lebih lengkap lagi bila anak-anak kita juga memiliki fisik yang kuat, wawasan luas, dan net working yang luas, serta lingkungan interaksi yang baik.  Bumi ini akan Aku wariskan kepada hamba-hambaKu yang sholeh. Orang sholeh adalah orang beriman, professional, dan memiliki kekuatan seperti harta, anak-anak, dan kekuatan lainnya.

Kenangan Pendahulu kita
Karena doktrin keagamaan, para pendahulu kita begitu semangat dalam menuntut ilmu. Diceritakan, ada seorang shahabat ra., rela menempuh perjalanan dari Madinah ke Mesir, hanya karena keinginan untuk mengetahui satu hadist dari Rasulullah swa. Juga ada diantara mereka saling bertukar waktu antara berbisnis dan belajar kepada kepada Rasulullah swa. Yang seorang menjalankan bisnisnya sehingga tidak sempat belajar kepada Nabi Saw., digantikan oleh teman dekatnya. Demikian sebaliknya. Mereka saling bertukar informasi tentang pelajaran yang mereka peroleh dari Nabi saw. Ilmu yang mereka peroleh, selanjutnya disebarluaskan keseluruh dunia.

Pada abad pertengahan, peradaban Islam sangat cemerlang dengan ilmu pengetahuan, sehingga ada yang menyebut sebagai peradaban ilmu. Kejayaan ini bertahan selama lebih dari 1000 tahun. Diwaktu yang sama, dibelahan bumi Eropah dan negara-negara Barat lainnya, masih sangat terbelakang tentang ilmu pengetahuan. Mereka terkenal sangat jorok, kotor, dan belum mengenal ilmu pengetahuan. Seorang sejarahwan mengatakan, bila kita akan berbicara dengan orang Eropah pada masa itu, maka kita harus mengatur jarak beberapa meter karena tidak tahan dengan bau badan mereka.
Pada masa inilah, ilmu pengetahuan sangat berkembang di dunia Islam, mulai dari ilmu kedokteran, kimia, astronomi, geologi, humaniora, dan cabang ilmu pengetahuan lannya. Sejarahwan Barat mengakui, bahwa dasar-dasar kebangkitan ilmu dan teknologi mereka adalah karena warisan dari peradaban Islam. Dikisahkan, rata-rata penduduk kota Baghdat memiliki perpustakaan pribadi yang berisi sekitar 400 ribu judul buku.  Begitu tinggi semangat mereka menuntut ilmu kemudian menuliskannya. Hal ini sejalan dengan ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi saw.

Bagaimana dengan kondisi ummat Islam saat ini?. 
Sungguh jauh dari cerita di atas. Contoh yang sangat sederhana, tentang semangat membaca buku. Data statistik mengatakan bahwa masyarakat kita sangat rendah minat bacanya. Penelitian di Tokyo: empat diantara lima orang Jepang ditempat umum sedang mambaca buku. Justru mereka yang menjalankan perintah Allah dalam ayat pertama yang turun, bacalah. Membaca, membaca, dan membaca. Itiulah yang terjadi di Jepang saat ini. Juga dinegara-negara lainnya.

Kalau kita ingin kembali menguasai dunia, sebagaimana telah docontohkan para pendahulu kita, maka tiada jalan lain kecuali menguasai ilmu pengetahuan, memiliki harta yang banyak, dan keimanan yang kokoh. Memang tanpa harta dan ilmu, tidak mengapa. Tapi tanpa ilmu, harta, dan kekuatan lainnya, kita tidak bisa berbuat banyak untuk menguasai dunia.

QS. Al-Anfaal: 60
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang [yang dengan persiapan itu] kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya [dirugikan]. Wallahu a’lam.

Pagedangan, 30 Januari 2012.

Sabtu, 28 Januari 2012

RAHASIA KEMENANGAN GENERASI SALAF

Fajar Kemenangan Telah Terlihat
"Jangan bertengkar, supaya kamu tidak gentar, dan kekuatanmu hilang. Bersabarlah. Sungguh, Allah Azza Wa Jalla bersama orang yang sabar." (QS. al-Anfal [8] : 46).
Saya percara bahwa generasi Salaf yang sholeh dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana di dalam kitab-Nya:
"Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala di akhirat. Dan Allah cinta orang yang berbuat kebaikan."

Sebabnya, lantaran dua hal yang sangat azas (pokok). Yaitu, pertama, kokohnya keimanan mereka kepada Allah dengan segala konsekuensinya. Selalu mengharapkan pertolongan Allah, dan selalu merasa memperoleh kekuatan dari-Nya, karena keimanan tadi.
"Dan kekuatan itu hanya bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang Mukmin".
(QS. al-Munafiqun [63] : 8)

Para Salafush sholeh, kondisi mereka ketika sedang berbicara, ketika sedang beramal, ketika sedang berjihad, ketika sedang berpergian, dan ketika sedang berada di daerahnya sendiri, mereka merasa berada, mereka merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah, merasa selalu dijaga dan diberi pertolongan serta dipelihara.

"Apa pun urusanmu dan bagian apapun yang kamu bacakan dari al-Qur'an, setiap kamu melakukan pekerjaan, tentulah kamu melakukannya, dan tiada tersembunyi dari Tuhanmu. Seberat dzarrah pun di bumi dan di langit, setiap apa yang lebih kecil, dan setiap yang lebih besar daripadanya, tentulah ada dalam kitab yang terang."(QS. Yunus [10] : 61).
Kedua, kokohnya bangunan persaudaraan mereka. Kuatnya hubungan jamaah mereka yang bertumpu pada kesucian hati, kebersihan jiwa, rasa persaudaraan dan cinta kasih yang tulus karena Allah. Semuanya itu menimbulkan sifat mau mengalah antara yang satu denganyang lain. Yakni, lebih mengutamakan kepentingan saudara seiman daripada kepentingan pribadinya.
Firman-Nya
"Tapi para Anshar yang mempunyai rumah (di Madinah) dan telah beriman sebelum (kedatangan Muhajirin), mencintai orang yang hijrah ke tempat mereka, dan tiada menaruh keinginan dalam hatinya akan apa yang diberikan kepada Muhajirin. Mereka mengutamakan para pengungsi daripada dirinya sendiri. Sekalipun mereka dalam kemiskinan. Dan barangsiapa terpelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah yang beroleh keuntungan." (QS. al-Hasyr [59] : 9).

Demikianlah, jalinan persaudaraan mereka, sehingga ada di antaranya yang lebih mengutamakan saudaranya seiman daripada dengan hartanya, tenaganya, dan dengan apapun yang dimilikinya.
Disebutkan oleh al-Qurtubi bahwa orang-orang Muhajirin yang pada waktu itu belum mempunyai tempat tinggal di Madinah,mereka tinggal di rumah kaum Anshar. Ketika Rasulullah shallahu alaihi wassalam memperoleh rampasan dari kaum Yahudi Bani Nadhir, beliau memanggil orang-orang Anshar untuk menyampaikan rasa terima kasih.
Pernyataan itu disampaikan mengingat jasa baik mereka yang telah menyediakan rumah untuk tempat tinggal kaum Muhajirin berikut segala keperluan hidupnya. Kemudian beliau bersabda, "Kalau kalian mau, harta rampasan yang diberikan Allah kepadaku dari Bani Nadhir ini akan kubagi untuk kalian dan untuk kaum Muhajirin. Dengan catatan, kalian biarkan mereka mendiami rumah kalian, atau kuberikan semua harta rampasan ini kepada mereka dengan catatan mereka harus keluar dari rumah kalian".
Lalu, Sa'ad bin Ubadah dan Sa'ad bin Mu'adz menjawab, "Kami berikan seluruh harta itu kepada kaum Muhajirin, dan kami biarkan mereka tinggal di rumah-rumah kami, sebagaimana semula". Kemudian, kaum Anshar yang lain menyahut pula, "Kami relakan dan kami terima ketetapan ini dengan senang hati, wahai Rasulullah".
Lalu Rasulullah shallahu alaihi wassalam memanjatkan doa, "Ya Allah. Berikan rahmat kepada orang-orang Anshar dan anak-anak orang-orang Anshar". Selanjutnya, Rasulullah shallahu alaihi wassalam, memberikan harta rampasan kepada kaum Muhajirin, dan tidak diberikan sedikitpun kepada kaum Anshar, melainkan kepada tiga orang saja, yang pada waktu itu sangat membutuhkan, yaitu Abu Dujanah, Simak bin Kharasyah, Sahl bin Hunaif, dan al-Harist bin Shimah.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi dai Abu Hurairah ra bahwa seorang lelaki yang rumahnya dikunjungi seorang tamu yang hendak bermalam. Pada waktu itu si pemilik rumah hanya memiliki persediaan makanan untuk dirinya dan anak-anaknya saja. Lalu ia berkata kepada isterinya."Tidurkan anak-anak itu dan matikanlah lampunya. Sesudah itu berikanlah makanan itu kepada tamu kita. Kemudian turunlah ayat al-Qur'an:
"Mereka mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka dalam kemiskinan." (QS. al-Hasyr [59] : 9).

Diriwiyatkan juga oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallahu alaihi wassalam, sambil mengatakan, "Aku kelaparan". Lalu Rasulullah mengirim utusan kepada salah seorang isteri beliau untuk menanyakan makanan. Kemudian Isteri Nabi Shallahu alaihi wassalam menjawab.
 "Demi Allah yang mengutus engkau, aku tidak mempunyai makanan apapun kecuali air," jawabnya.
Kemudian beliau mengutus isterinya yang lain, tetapi mendapatkan jawaban seperti juga. Demikianlah, hingga akhirnya semua isteri beliau di tanyai, tetapi semunya menjawab, "Aku tidak memiliki makanan apapun selain air". kemudian beliau berkata, "Siapakah diantara kalian yang sanggup menjamin orang ini pada malam ini?". Si isteri menjawab, "Tidak. Melainkan makanan untuk anak-anak kita saja". Dia berkata, "Sibukkanlah anak-anak itu dengan sesuatu, sehingga mereka lalai. Kemudian, apabila tamu kita nanti sudah datang, matikanlah lampu dan tunjukkanlah kepadanya bahwa kita sudah siap hendak makan. Dan jika ia sudah mulai makan, kita pun pura-pura ikut makan".
Setelah si tamu datang, ia dipersilakan makan dan mereka pura-pura menemaninya makan. Sehingga, si tamu makan dengan tenang. Keesokan harinya lelaki Anshar itu datang kepda Rasulullah shallahu alaihi wassalam menceritakan apa yang dilakukannya bersama tamunya semalam. Lalu beliau bersabda, "Sungguh Allah kagum (sangat senang) terhadap perbuatan mu sekelurga malam tadi".
Turunlah firman-Nya
"Muhammad Rasul Allah, dan orang-orang bersama ia keras terhadap orang kafir, kasih sayang antara sesama mukmin. Kau lihat mereka rukuk dan sujud. Inginkan karunia Allah dan keridhaan-Nya. Di wajahnya tanda-tanda bekas mereka sujud. Inilah perumpamaan mereka dalam Injil, seperti benih yang mengeluarkan batang, lalu menjadi kuat karenanya, lebat dan tegak atas batangnya, menyukakan hati para penabur, tetapi menimbulkan amarah orang-orang yang ingkar kepada mereka. Allah telah janjikan kepada orang yang beriman dan melakukan amal kebaikan diantara mereka. Ampunan dan pahala berlimpahan." (QS. al-Fath [48] : 29).

Sesungguhnya kalian selamanya tidak akan dikalahkan, karena sedikitnya jumlah kalian, atau karena lemahnya persiapan material kalian, atau karena banyaknya musuh kalian, atau karena bersatupadunya musuh yang hendak membinasakan kalian. Andaikata seluruh penduduk bumi berhimpun menjadi satu, tiadalah mereka akan memperoleh sesuatu dari kalian apa yang telah ditentukan oleh Allah.
Tetapi, kalian akan dibinasakan, pertolongan akan dihapuskan bilamana hati kalian telah rusak, dan Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada kalian bila keadaan kalian demikian. Atau kalian akan mendapat bencana serupa, bilamana  kalian sudah bersilang sengketa, pikiran kalian tidak berpadu setuju.
Adapun jika hati kalian bersatu, segala tujuan diarahkan kepda Allah, segala sesuatunya kalian lakukan karena semata-mata mentaati Allah dan demi mencari ridha-Nya, maka tak usahlah kalian bersedih hati. Kalian lebih tinggi, lebih unggul, dan Allah akan selalu menyertai kalian dan tidak akan menyia-nyiakan ‘amal kalian.
Adakah bahaya yang lebih mengerikan yang akan menimpa kita, selain daripada bahaya hati, kelemahan jiwa dan semangat, beragamnya hawa nafsu dan bersilangsengketanya pendapat dan pikiran.

Tidak disangsikan lagi bahwa untuk mencapai semua itu, diperlukan perjuangan yang terus menerus dan berkesinambungan, yang pahit, lagi pula melelahkan.

Dan ini semua takkan terwujud kecuali adanya persatuan yang sempurna, persaudaraan yang kokoh, persaudaraan antara hati masing-masing, terus berusaha berjalan diatas jalan kebenaran dan selalu mengarahkan semua amalnya untuk kebaikan.

Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas, RAHASIA kemenangan, generasi salaf, adalah:
1.    Keimanan yang kokoh.
2.    Bangunan persaudaraan yang kokoh.
3.    Tidak suka berdebat.
4.    Merasa selalu diawasi oleh Allah swt.
5.    Keterpautan hati diantara sesama mereka.

Bernard Russel
Keyakinan yang paling mungkin dicapai adalah sesuatu yang pernah terjadi dimasa lalu.
Dimasa lalu, para Salafush sholeh dengan takdir Allah swt., telah meraih kemenangan demi kemenangan dengan menerapkan ke lima rahasia di atas. Lantas, apalagi yang kita ragukan untuk mengikuti jejak langkah mereka?.
Para shalafush sholeh bagaikan bintang dilangit, bila kita mengikuti mereka, niscaya kita akan mendapatkan kemenangan. Wallahu a’lam.

Disarikan dari tulisan Hasan Al-Banna, eramuslim.com

Pagedangan, 28 Januari 2012.