Semangat Berqorba |
Setiba dari
bandara Pattimura, Ambon.
Assalamu’alaikum bu Evri, sapa saya kepada salah seorang personel Balai Budidaya Laut [BBL] Ambon. Waalaikumussalam, jawabnya singkat. Sudah sarapan pak Adnan?. Beliau balik bertanya. Alhamdulillah sudah bu, tadi sarapan di bandara bersama pak Lutfi, Alhamdulillah. Bagaimana perjalanan Jakarta-Ambon pak. Alhamdulillah semuanya lancar, berkat pertolongan Allah swt.
Bapak
istirahat dulu di Guest House, sambil nunggu persiapan teman-teman
laboratorium. Baik bu. Hari ini dan besok, insya Allah agenda kita: diskusi
dokumen dan implementasi ISO 17025, lanjut saya kepada belia berdua, pak Lutfi
dan ibu Evri.
Mumpung
suasana masih hari raya iedul qurban
1433 H, saya bertanya, bagaimana dengan suasan iedul qurban di Ambon?.
Alhamdulillah, kami di BBL Ambon tahun ini berhasil mengumpulkan qurban sapi
sebanyak lima ekor. Semuanya dari teman-teman PNS BBL Ambon. Surprise saya
langsung berkata, oh ya?, berkah benar keberadaan teman-teman muslim di BBL
Ambon ini. Pak Lutfi melengkapi, tiga ekor kami serahkan ke Masjid sekitar
kantor kampung Waiheru, dan dua ekor disembelih diinternal kantor. Saya
bertanya, bagaimana kok PNS yang berpenghasilan pas-pasan bisa terkumpul jumlah
qurban sapi demikian banyak? [untuk ukuran Ambon]. Serentak keduanya, ibu Evri
dan pak Lutfi menjawab, tiap awal tahun kami tawarkan kepada semua PNS yang
muslim, kemudian tiap bulan gajinya kami potong langsung bagi yang berminat.
Subhanallah, sungguh suatu strategi yang perlu ditiru bagi PNS-PNS lainnya diberbagai
daerah. Selama ada niyat, insya Allah akan dimudahkan oleh Allah swt. Potongan
gaji Rp.100.000,- per bulan tidak seberapa besar, tapi ketulusan untuk
berqorban itulah yang menjadi nilai tambah diwilayah yang rawan konflik
sepereti di Ambon.
Saya
langsung teringat pengorbanan salah seorang sahabar Rasulullah saw ketika akan
hijrah meninggalkan Mekkah menyusul Nabi saw di Madinah. Dipinggiran kota
Madinah, sahabat tersebut dicegat oleh segerombolan kafir Quraisy. Enak aja
ente, datang ke Mekkah dalam keadaan miskin, setelah kaya raya malah
meninggalkan Mekkah. Sahabat tersebut langsung mengatakan, bagaimana seandainya
saya meninggalkan semua harta kekayaan saya untuk kalian, dan kalian
membebaskan saya untuk meninggalkan Mekkah?. Baik kalau begitu, jawab
gerombolan kafir Quraisy. Terjadi transaksi kilat, semua hartanya diserahkan
kepada kafir Quraisy. Kemudian dia menyusul Rasulullah saw ke Madinah. Setiba
di Madinah, Rasulullah saw berkata, beruntung Suhayb, beruntung Suhayb.
Demikian pengorbanan Suhayb ra, rela mengorbankan seluruh hartanya demi
kecintaan kepada Islam.
Kisah
sahabat berikutnya:
Pernahkah
anda melihat sungai yang airnya mengalir terus menerus mengairi dataran dan
lembah ? Begitulah Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin
yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf.
Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk termenung
sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab
kesedihannya dan Thalhah mejawab, " Uang yang ada di tanganku sekarang ini
begitu banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?" Maka
istrinya berkata, "Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada
fakir-miskin." Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan
Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun. Assaib bin Zaid berkata tentang Thalhah,
katanya, "Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu
bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia
terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya."
Jaabir bin Abdullah bertutur, " Aku tidak pernah melihat orang yang lebih
dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta." Oleh karena itu patutlah
jika dia dijuluki "Thalhah si dermawan", "Thalhah si pengalir
harta", "Thalhah kebaikan dan kebajikan". Rasulullah saw,
bersabda tentang Thalhah, "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa
senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi maka lihatlah Thalhah ra.
Bagaimana
dengan pengorbanan PNS-PNS Ambon tersebut di atas?. Kalau dibandingkan dengan
pengorbanan para sahabat Rasulullah saw, belum seberapa. Tetapi kalau
dibandingkan dengan PNS secara umum, luar biasa. Didaerah konflik, mereka rela
berkorban demi kecintaan kepada Islam. Subhanallah.
Rasulullah
saw bersabda, barangsiapa yang sanggup berkorban, namun tidak mau berkorban,
maka jangan dekati musholla kami. Ini ancaman serius dari Rasulullah saw,
betapa penting dan mulianya jiwa dan semangat berkorban yang wajib terus
dipupuk untuk setiap muslim yang beriman.
Sebagaimana
jiwa dan semangat berkorban Ibrahim dan anaknya Ismail as, mereka berdua rela
mengorbankan kecintaan antara ayah dan anak, dan antara anak dan ayah demi kecintaannya
kepada Allah swt. Jiwa dan semangat berkorban telah lama hilang dari ummat
Islam, mungkin karena pengaruh paham materialisme yang begitu mengakar dalam
jiwa kita, semuanya diukur berdasarkan materi yang kita miliki, atau mungkin
kita telah terjangkiti penyakit wahn kata Rasulullah saw, yaitu penyakit jiwa
yang lebih mencintai dunia dan takut mati. Hubbud dunya wakariayatul maut [?]. Wallahu
a’lam.
Ambon, 30
Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar