Selasa, 14 Februari 2012

WARMING UP

Persiapkan Dirimu
QS. Ar-Ruum: 40
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari [akibat] perbuatan mereka, agar mereka kembali [ke jalan yang benar].

Negeri tiada hari tanpa demo
Negeri ini bagaikan kran air yang tertutup selama 32 tahun kekuasan orde baru. Orde reformasi yang diperjuangkan mahasiswa pada tahun 1998, seakan membuka kran air yang sekian lama tertutup.
Semua permasalahan masyarakat yang selama 32 tahun terendapkan oleh kekuasaan tirani orde baru, dengan perlahan muncul kepermukaan. Mulai dari konflik agraria [pertanahan], konflik harta warisan, pemilukada, korupsi disemua daerah, percaloan, penipuan, pendidikan, penguasaan asing atas asset rakyat [SDA], dan sebagainya.
Kran yang terbuka tersebut dengan sederhana ditampilkan dalam bentuk demonstrasi, sehingga setiap hari mulai dari mahasiwa, pelajar, ibu rumah tangga, buruh, sampai masyarakat secara umum. Semuanya dengan mudah menampakkan perlawanannya dalam bentuk demonstrasi. Bahkan saat ini, muncul profesi baru, yaitu profesi mengumpulkan masyarakat untuk demonstrasi dengan imbalan tertentu. Seorang lulusan S1 mengatakan, saya tidak perlu mencari pekerjaan karena upah yang saya dapatkan dari mengorganisir [IO] demonstrasi sudah cukup, bahkan melebihi pegawai negeri sipil golongan IIIB.

Negeri tiada hari tanpa perdebatan
Hampir setiap hari kita menyaksikan perdebatan di TV nasional dan lokal. Rakyat seakan sudah jenuh menyaksikannya, tanpa penyelesaian. Para pendebat sangat pandai beretorika mengucapkan kata-kata pembelaan yang tidak dipahami oleh rakyat kebanyakan. Debat di TV sudah menjadi hiburan tersendiri.

Negeri penuh musibah
Hampir setiap hari kita menyaksikan kecelakaan lalu lintas, nyawa rakyat Indonesia demikian mudah melayang karena berbagai kecelakaan lalul lintas. Muncul istilah baru, Xenia maut, bus maut. Penyebabnya sederhana, rem blong, sopir mengantuk, ngejar setoran, sopir mabuk, dan sopir mengkonsumsi narkoba. Pungli polisi sangat vulgar terlihat di tepi jalan.  Lebih menakutkan lagi, sekitar Januari-Pebruari 2012, dua orang pilot pesawat penerbangan swasta masing-masing di Makassar dan Surabaya tertangkap sedang mengkonsumsi narkoba dikamar hotel, hanya selang beberapa jam menjelang menerbangkan pesawat. Bisa dibayangkan akibat dari penerbangan yang dikomandoi pilot yang baru saja mengkonsumsi narkoba. Sungguh ironis.
Pemerintah tidak mampu melindungi rakyatnya, kecuali menjelang pemilu, mereka datang seakan pengemis-pengemis berdasi yang merengek minta suara rakyat. Periode lima tahunan pengemis-pengemis berdasi, pengemis-pengemis bergelar sarjana mendatangi rakyat dengan sejuta janji. Anehnya, ummat Islam mau saja memilih mereka, walau hanya diberi stiker, kaos, jaket, uang bensin, dan sejumlah janji yang tidak pernah terbukti. Setelah itu, bagaikan embun ditimpa sinar matahari, menguap tiada bekas, melupakan janji-janji yang mereka ucapkan.

Negeri sejuta mall
Disetiap sudut kota, khususnya di kota besar, berdiri mall bagaikan gurita yang siap menghisap darah [baca uang] rakyat, dengan berbagai fasilitas yang sangat mudah.
Minimarket dengan mudahnya menggeser kios-kios kecil diperkampungan miskin. Rakyat yang pragmatis tanpa dikomando, pasti meninggalkan kios-kios kecil, lebih nyaman belanja di minimarket karena nilai jual yang rendah, kualitas bagus, murah, dan pelayanan yang bagus.

Tembok pembatas yang menyakitkan
Properti mewah yang rakyat kebanyakan tidak mampu menghitung berapa harganya, berdiri dengan megahnya disekitar perkampungan miskin. Lebih menyakitkan lagi, bangunan mewah tersebut dipagari dengan tembok kokoh, seakan mereka berkata, kalian tidak pantas memasuki wilayah ini, ini adalah wilayah eksklusif. Khusus hanya untuk orang kaya.

Kran import yang menyakitkan
Barang impor dari luar negeri dengan mudahnya menyerbu Indonesia, mulai dari produk tekstil, elektronik, buah-buahan, sayur, garam, gula, beras, palawija, bawang, dan sebagainya. Harga murah dan kualitas yang baik, pasti menjadi daya tarik rakyat Indonesia yang pragmatis dan konsumitif. Disisi lain, akibat dari kran import yang dibuka lebar, dipastikan, produk lokal [produk anak negeri sendiri] tidak terjual, sehingga telah menjadi berita rutin di TV, para petani lokal mengalami kerugian, pabrik tekstil gulung tikar, panen buah-buahan dan sayur mayur tidak terjual, garam lokal tidak laku. Semuanya didominasi produk import. Pemerintah sangat tidak berpihak untuk melindungi produk dari rakyatnya sendiri. Sementara iklan mencintai produk lokal gencar di berbagai media TV, koran, majalah dan sebagainya. Mereka dengan semangat mengatakan nasionalisme Indonesia, NKRI adalah harga mati. Tapi kenyataannya, sungguh jauh berbeda. Pemerintah kita berada dibawah bayang-bayang pengusaha. Walau pemerintah mengatakan terjadi peningkatan ekonomi makro, namun kenyataannya sektor real dan daya beli masyarakat semakin jauh menurun.

Justifikasi
Inilah warming up menuju revolusi. Rakyat sudah hampir jenuh dengan kegagalan demi kegagalan pemerintah untuk melindungi rakyatnya.

Pagi ini lebih baik mengumandangkan dzikr matsurat kubro dan tilawah qur’an, sambil terus menyiapkan amunisi untuk membangkitkan kesadaran rakyat [ummat Islam] untuk terus melawan ketidakadilan dan ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyatnya sendiri. Negeri ini sudah tergadaikan kepada pihak asing.

Yahudi sangat takut kepada ummat Islam bila jumlah yang sholat subuh berjamaah di Masjid sama dengan jumlah yang sholat Jum’at. Ustd. Fathi Yakan mengatakan, cukuplah ummat Islam dikatakan menyia-nyiakan Al-qur’an bila tidak khotam selama 40 hari. Bagaimana mungkin ummat Islam akan mengendalikan negara ini kalau Masjid diwaktu subuh masih sepih dari sholat berjma’ah?. Bagaimana mungkin ummat Islam akan mengendalikan negara ini kalau baca qur’an saja masih sangat jauh dari bacaan qur’annya para shahabat Nabi?. Kita tidak ingin revolusi tahun 1998, yang digerakkan oleh masisiswa muslim [sebagian besar], dan dikomandoi oleh Amin Rais, hanya sekedar menggulingkan Soeharto. Kenyataannya, pengganti Soeharto tidak lebih baik. Bahkan sebagian pakar mengatakan rejim pengganti Soeharto lebih ganas menindas rakyat daripada rejim Soeharto. Kita harus pandai memetakan, siapa sebenarnya musuh kita?

QS. Ar-Ruum: 10
Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah [azab] yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. Wallahu a’lam.

Pagedangan, 14 Pebruai 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar