Kamis, 07 Juni 2012

KECERDASAN

TITANIC, BUKTI KEPERKASAAN ALLAH SWT


Rasul saw:
Siapakah orang yang paling cerdas?. Allahu wa Rasul a’lam. Demikian jawaban para sahabat ketika ditanya oleh Rasulullah saw.
Nabi saw., melanjutkan: orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian.

Dalam perspektif Islam, terminology kecerdasan, adalah mengingat mati dan menyiapkan diri untuk kematian. Namun tidak berarti Islam mengingkari kecerdasan intelektual dan kecerdasan lainnya.
Kullu nafsin zaaiqotul maut. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [QS. Al-Anbiya: 35]. Setiap yang bernapas, pasti akan menemui kematian. Cukuplah kematian merupakan pelajaran bagi yang menyaksikan. Itulah mungkin alasan kenapa Rasulullah saw., mewajibkan kita untuk mengikuti prosesi pemakaman, mulai dari memandikan jenazah sampai dengan penguburannya [walaupun hanya merupakan fardhu kifayah, namun nilai pahalanya sebanding dengan gunung Uhud].

Kekalahan teknologi manusia
Titanic merupakan kapal uap penumpang terbesar di dunia pada masa peluncurannya. Pada saat pelayaran pertamanya dari Southampton, Inggris, dalam perjalanan ke New York City, pada Rabu 10 April 1912, di bawah kendali Kapten Edward J. Smith, Titanic menabrak gunung es pada 23:40 (waktu kapal), Minggu, 14 April 1912, dan tenggelam 2 jam 40 menit kemudian pada 2:20 pagi hari Senin. Bencana tersebut mengakibatkan kematian lebih 1.500 orang, menjadikannya sebagai bencana laut terburuk semasa aman dalam sejarah dan sampai kini paling termashyur.
Titanic dilengkapi dengan teknologi paling maju pada masa itu dan orang awam percaya bahwa ia “tidak mungkin tenggelam”. Ia amat mengejutkan bagi orang banyak bahwa walaupun dengan teknologi modern dan awak kapal yang berpengalaman, ternyata Titanic masih bisa tenggelam dengan jumlah kematian yang tinggi. Kegemparan media massa yang meliput bencana, para korban Titanic, serta legenda mengenai apa yang terjadi di atas kapal, mengakibatkan undang-undang laut diganti. Penemuan sisa-sisa bangkai kapal Titanic yang tenggelam terpecah di dasar laut pada 1985 yang ditemukan  oleh team   Jean-Louis Michel dan Robert Ballard, menjadikan Titanic lebih terkenal lagi.
Titanic dianggap sebagai puncak arsitektur laut dan pencapaian teknologi. Ia dianggap oleh majalah Ship Builders sebagai kapal yang “hampir tidak mungkin tenggelam.” (Sumber: Wikipedia).
Akhirnya Titanic tenggelam dibawah bayang-bayang kesombongan manusia.

Sukhoi SSJ 100, tenologi Rusia, diklaim sebagai pesawat komersil berteknologi tercanggih di dunia saat ini. Sama dengan Titanic, akhirnya Sukhoi SSJ 100 hancur berantakan bersama 145 orang penumpangnya. Hancur berantakan menghadapi keperkasaan Gunung Salak, Bogor pada tanggal 9 Mei 2012. Sukhoi SSJ 100 hancur berantakan dibawah bayang-bayang kesombongan manusia.

Perspektif Qur’an
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." [QS. At- Taubah: 51].

Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya) [QS. Yunus: 49].

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali [QS. Al-Baqorah: 156]. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

I’tibar
Siapapun kita, pasti akan menemui kematian. Pertanyaannya: kapan, dimana, dan bagaimana prosesnya?. Wallahu a’lam, hanya Allah swt. yang maha mengetahui.

Maestro mujahid fisabilillah, sang pedang Allah, Syaifulloh, Kholid bin Walid ra.,  sangat diakui keperkasaan, kecerdasan, dan ketangguhan perangnya, baik oleh kawan maupun lawan. Sangat mencita-citakan mati dimedan perang. Takdir Allah, sang pedang Allah mati sakit diluar medan perang. Kuburan sang maestro perang menjadi saksi sejarah di kota Homs, Suriah.
Demikian Abu Bakar ra., Umar bin Khottab ra., sangat mendambakan kematian dimedan perang, namun takdir Allah berkata lain.

Mari kita siapkan kematian yang terhormat. Terhormat untuk keluarga, anak-anak kita dan yang paling utama adalah kematian kita merupakan kehormatan bagi Islam.
Mari kita meninggalkan ‘amal jariah, ilmu yang bermanfa’at, dan keturunan yang sholeh dan sholehah. Hanya demikian kematian yang didambakan oleh seorang mujahid da’wah. Kalau toh kita mati dipenjara, bukan karena korupsi, bukan karena kriminal, dan bukan karena kemaksiyatan. Tetapi kematian yang TERHORMAT. Kita mendambakan kematian seperti salah seorang sahabat Nabi saw., roh suci yang keluar dari jasadnya yang suci disambut berbaris oleh para Malaikat, Arsy Allah swt., BERGETAR menyambut kematiannya. Wallahu a’lam.

Gondol, 7 Juni 2012.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar