Selasa, 24 Januari 2012

EMPAT KUNCI KEMENANGAN

Keberanian Disamudra Kehidupan
QS. Fushshilat: 30
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka istoqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Sorga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Muhammad saw
Ketika seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: ‘amalan apa yang terbaik untuk saya lakukan?. Rasulullah saw., berkata: engkau beriman kepada Allah, kemudian istiqomah [konsisten]. Amantubillah, tsummastaqomu [Al-Hadist].
Salah satu ciri universal dari alam semesta, mulai dari benda-benda mikrokosmos sampai makrokosmos, adalah: MEMPUNYAI SIFAT/KARAKTERISTIK YANG KONSISTEN. Sebagai contoh, sejak dahulu kekonsistenan sifat besi adalah memuai [mengembang] bila dipanaskan dan mengkerut kembali bila didinginkan. Besi yang ditemui dinegara manapun pasti mempunyai sifat-sifat yang sama. Demikian pula benda-benda lainnya. Seandainya sifat universal alam semesta tidak konsisten, maka sangat sulit ilmu pengetahuan dan teknologi bisa berkembang seperti yang kita alami saat ini.

Empat Kunci Keberhasilan
Sukses dalam mengaplikasikan QMS, bila dalam sistem tersebut terpenuhi empat hal secara bersmaan, yaitu:
1.    Komitmen
2.    Team work
3.    Konsisten
4.    Perbaikan terus menerus.

1. KOMITMEN [TEGUH PENDIRIAN]
Seandainya mereka meletakkan bulan ditangan kiriku, dan matahari ditangan kananku agar aku menghentikan da’wah ini, niscaya saya tidak akan berhenti, sampai Allah swt., memenangkannya atau aku hancur bersamanya. Demikian keteguhan pendirian Rasulullah saw., ketika Abu Taholib menyampaikan tawaran  kafir Quaraisy untuk menghentikan da’wahnya.
Ahad, ahad, ahad, demikian yang diucapkan oleh Bilal ra., ketika menerima siksaan dari tuannya agar keluar dari agama Muhammad saw. Bilal tetap teguh pendirian dalam memeluk Islam. Dampak positifnya, Bilal menjadi salah satu shahabat istimewa dalam Islam, disebabkan karena sikap teguhnya dalam beriman kepada ajaran Muhammad saw., bahkan karena sifat teguhnya, Bilal termasuk salah seorang shahabat yang dijanjikan masuk Sorga oleh Rasulullah saw.,
Sumayyah dan suaminya Yasir [semoga Allah ridho kepada keduanya], berhasil mengukir sejarah sebagai  pahlawan pertama yang syahid dalam mempertahankan keyakinannya. Ketika keduanya rela disiksa sampai tarikan napas terakhir karena mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kebenaran ajaran Rasulullah saw. Sikap teguh keduanya menyebabkan mereka mendapatkan nama besar sebagai shahabat pertama yang mengorbankan nyawanya dalam Islam.
Demikian gambaran singkat tentang komitmen, teguh pendirian dalam meyakini sesuatu.
Keteguhan dalam memegang suatu nilai/keyakinan, akan menghantarkan siapa saja untuk dikenang dalam sejarah.
Termasuk keteguhan dalam memegang nilai-nilai negatif. Seperti yang dipraktekkan oleh musuh-musuh kebenaran. Keteguhan Fir’aun, Abu Jahal dan teman-temannya dalam memusuhi kebenran, menyebakan nama mereka dikenang dalam sejarah, bahkan diabadikan dalam al-qur’an.
Karena itu komitem dalam memegang suatu prinsip bisa menjadi penyebab keberhasilan. Keberhasilan dikenang dalam sejarah, baik positif maupun negatif.
Siapa saja yang tidak mempunyai komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakininya, niscaya sulit untuk berkembang.
Komitem yang tinggi terhadap kebenaran Islam sangat terlihat pada pengorbanan para shahabat ketika turun perintah hijrah, baik ke Habasyah, maupun ke Madinah. Mereka rela meninggalkan keluarga, harta, dan tanah kelahiran yang sangat mereka cintai, karena mempunyai komitmen yang tinggi. Komitmen yang tinggi pasti akan melahirkan pribadi-pribadi yang siap berkorban [tadhiyah]. Berkorban harta, tenaga, waktu, pemikiran, bahkan nyawa sekalipun. Keistimewaan bangsa Arab, antara lain: mereka sangat mencintai keluarga dan tanah kelahiran. Komitmen tinggi yang mereka miliki, menjadi penyebab mereka rela mengorbankan keduanya. Mengorbankan kecintaan kepada keluarga dan tanah kelahiran.

Komitmen dapat dibangun dari sumber eksternal, dan internal. Dari sumber eksternal, misalnya mendengarkan ceramah, membaca buku dan sebagainya. Komitmen dari eksternal ini bila tidak segera diikuti dengan komitmen dari internal, maka sulit untuk bertahan lama. Karena itu para pakar pengembang SDM mengatakan, komitmen internal lah yang bisa merubah sikap seseorang. Lebih baik kita berusaha mencari komitmen dari eksternal, dan memohon kepada Allah swt., agar diberikan sikap kimitmen, teguh pendirian, seagaimana keteguhan pada Rasul, Nabi, dan pejuang Islam lainnya. Kita wajib membaca sejarah hidup para pendahulu kita, yang telah membuktikan komitmen mereka sampai hembusan napas terakhir.
2. TEAM WORK [BERJAMAAH]
Dalam team work, terdapat empat unsur, yang saling melengkapi, yaitu pemimpin, anggota, musyawarah, dan adanya suatu sistem yang menjadi pegangan bersama.
Rasulullah saw., bersabda: bila dalam suatu pejalanan terdapat tiga orang, maka angkatlah satu  orang diantara kamu sebagai pemimpin. Dalam perjalanan saja kita wajib mengangkat seorang pemimpin. Apalagi untuk suatu tujuan yang lebih besar.
Begitu pentingnya arti team work untuk melaksanakan musyawarah, sehingga Allah swt., menurunkan satu surah dalam al-qur’an yang bernama surah Asy-Syuura, artinya musyawarah.
Dan [bagi] orang-orang yang menerima [mematuhi] seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka [diputuskan] dengan musyawarah diantara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka [QS. Asy-Syuurah: 38].
Satu ketika penulis berdiskusi dengan seorang expert dari Jepang. Dia berkata kami tidak pernah melakukan suatu kegiatan tanpa diawali dengan musyawarah [rapat]. Dan bila penerapan hasil musyawarah dilapangan terbukti salah, maka keputusan tersebut dibatalkan, juga melalui proses musyawarah. Mungkin ini salah satu rahasia kesuksesan bangsa Jepang dalam berbagai bidang. Penerapan team work mereka sangat kuat.
Penerapan musyawarah ini, telah didemonstrasikan oleh para pendahulu kita, yaitu Rasulullah saw., dan para shahabat ra., Baik untuk keperluan perang, maupun untuk sosial kemasyarakatan.
Dalam berda’wah, dikenal istilah infirodhi, yaitu berda’wah secara sendiri-sendiri. Metode da’wah ini tidak pernah dicontohkan oleh para pendahulu kita, sehingga sejarah membuktikan, da’wah yang dikerjakan secara infirodhi, pasti mengalami kegagalan. Penerapan infirodhi berlaku hanya ketika kita menghadap Allah swt., nanti dihari kiyamat. Dimana kita menghadap Allah swt., secara sendiri-sendiri. Wa anlaysa lil insana illa ma sa’a. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya [QS. An-Najm: 39]. Da’wah yang docontohkan oleh para pendahulu kita, adalah da’wah secara berjama’ah. Karena itu, para fukoha sepakat, bahwa berjama’ah hukumnya wajib. Termasuk sholat bagi laki-laki, bila mendengar azan, maka wajib datang ke Masjid untuk menegakkan sholat berjama’ah.
3. KONSISTEN [ISTIQOMAH]

Hasan Al-Banna
Andai perjuangan ini mudah, pasti banyak yang menyertainya. Andai perjuangan ini singkat, pasti banyak yang istiqomah. Andai perjuangan ini menjanjikan kesenangan dunia pasti banyak yang tertarik padanya. Tapi hakikat perjuangan bukan begitu.
Konsisten [istiqomah] menunjukkan daya tahan yang tinggi terhadap berbagai rintangan [godaan]. Tiada kegiatan atau suatu proses yang berjalan mulus tanpa rintangan. Sikap konsisten inilah yang bisa mengahantarkan siapa saja menjadi peribadi, atau golongan, atau partai politik, atau kegiatan da’wah, atau atau proses bisnis, atau bahkan para koruptor dan malingpun bisa berhasil bila konsisten dalam menerapkan nilai-nilai yang diyakininya.
Penelitian membuktikan, bahwa suatu kegiatan bisnis sebagian besar berguguran di lima tahun pertama. Rata-rata kegiatan bisnis bisa berhasil setelah mampu bertahan paling sedikit selama 8 [delapan] tahun. Bukankah ini disebabkan karena adanya konsistensi yang tinggi?.
 Dalam kegiayatan da’wah, Ustadz Fathi Yakan menulis satu buku yang sangat bagus, berjudul: yang berguguran di jalan da’wah. Salah satu penyebabnya  menurut Fathi Yakan adalah tiadanya sikap istiqomah dari para pelaku da’wah. Banyak yang berguguran karena godaan harta, jabatan, dan wanita.
Dalam penerapan QMS, sikap konsisten ini menjadi wajib untuk tetap mempertahankan kompetensinya. Sebab dalam QMS, salah satu alasan kenapa diwajibkan melakukan audit internal, survey kepuasan pelanggan, kaji manajemen, dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk menilai tingkat konsistensi suatu organisasi dalam menerapkan persyaratan QMS yang telah dikonsensuskan, atau dalam rangka untuk melakukan improvement demi kepuasan pelanggan.

4. PERBAIKAN TERUS MENERUS
Kunci sukses yang keempat ini, dikatakan bahwa dalam QMS, tidak ada sistem yang sempurna. Pasti diperlukan peningkatan dalam rangka untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Rasulullah saw., mengatakan bahwa hari ini kita harus lebih baik dari kemarin kalau mau dikatakan orang beruntung. Bila hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dikatakan kita celaka. Allah swt., dalam Al-qur’an surah Al-Hasyr: 18 dengan tegas memerintahkan kita untuk menyiapkan masa depan kita, demi keuntungan dunia-akhirat.
Realitas kehidupan mengatakan, bahwa setiap orang pasti memilki kompetitor. Kita wajib untuk terus memperbaiki [meningkatkan] kompetensi agar mampu mengalahkan semua kompetitor kita. Dalam kehidupan yang semakin kompleks ini, kompetitor kita ada disetiap sudut kehidupan kita, baik didalam rumah maupun diluar rumah.

Karena itu, kebutuhan untuk  perbaikan terus menerus menjadi keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Meningkatkan kapasitas iman kita dengan ketho’atan dan terus berdo’a kepada Alalah swt., agar potensi kita terus meningkat, baik potensi ruhiyah, fikriyah, jasadiyah, dan ‘amaliyah kita. Demikian pula dengan  profesionalisme kita, harus terus ditingkatkan seiring dengan semakin beratnya tantangan kedepan. 
Implementasikan empat kunci keberhasilan di atas, insya Allah kita akan memperoleh kemenangan dalam setiap aktifitas kita.

Al-imanu yazidu wa yanqus. Iman itu mengalami naik turun. Yazidu bitho’ah wa yanqus bilmas’siyah. Naiknya iman dengan menjalankan ketho’atan, dan iman kita menjadi turun dengan maksiyat. Aku tidak takut terhadap musuh-musuh kalian. Yang aku takutkan, adalah bila kalian melakukan kemaksiatan. Demikan pesan Umar bin Khottab ra., kepada para prajuritnya yang hendak berangkat menuju medan perang. Wallah a’lam.

Manado, 24 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar