Rabu, 04 Januari 2012

MUBADZIR



Kemubadziran Adalah Saudara Syaithon
Salah satu hakekat kehidupan, adalah adanya kompetisi diantara sesama manusia. Kompetisi ini ada sejak awal penciptaan manusia. Manakala jutaan sperma saling berkompetisi untuk menembus sel telur dari ibunda kita. Hasilnya, hanya ada satu sperma yang tampil sebagai pemenang. Kita yang terlahir, adalah pemenang dari kompetisi tersebut.

Dalam kehidupan nyata, kompetisi yang ditampilkan ada yang positif dan negatif.Kompetisi yang negatip misalnya  kita saling berkompetisi melakukan penjarahan sumber daya alam. Banjir yang melanda hampir disemua Provinsi, adalah bukti nyata kompetisi negatip dalam penjarahan hutan baik secara legal maupun tidak. Dampak kerugiannya bersifat multi efek. Kerusakan infrastruktur, merupakan salah satunya. Belum lagi penjarahan minyak bumi, mineral, ikan laut, dan sebagainya. Mereka saling berkompetisi dalam melakukan kerusakan dengan alasan pembangunan, dan sebagainya. Eksploitasi SDA  yang mereka lakukan, dilindungi oleh undang-undang yang tidak berpihak kepada rakyat, melainkan berpihak kepada pemilik modal, baik pemodal asing maupun dalam negeri. Realita mengatakan bahwa banyak kepentingan rakyat yang diabaikan demi untuk melindungi epentingan pemilik modal. Bahkan disinyalir, banyak peraturan yang dibuat merupakan titipan pemilik modal.

Empat hari yang lalu, tepatnya tanggal 31 Desember 2011, sebagian besar masyarakat kita saling berkompetisi mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam rangka menjadi follower (pengikut) ajaran sesat merayakan malam pergantian tahun masehi. Berbagai macam acara, mulai dari pentas musik, kembang api, tarian pengumbar syahwat, dikemas dengan biaya yang tidak sedikit. Anehnya, followernya adalah UMMAT ISLAM.

Kompetisi yang bersifat mubadzir ini juga dilakukan oleh Pemda Provinsi Medan dengan biaya pesta kembang api menurut berita di TV adalah sebesar Rp. 2M. Pemda- Pemda yang lain kemungkinan besar juga telah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit, ditengah rakyatnya yang semakin lemah, atau memang sengaja dilemahkan, agar mereka tidak punya potensi untuk melakukan perlawanan.

Kemubadziran Pemda Provinsi Sumatera Utara, tidak perlu terlalu diherankan, karena jauh dari Medan, tepatnya di Jakarta, berdasarkan pemberitaan dari TV,  DPR pusat mengalokasikan anggaran sebesar 20 M rupiah  untuk renovasi gedung Banggar, bahkan lapangan Futsal di DPR saja menelan biaya sebesar 2 M rupiah, dan harga satu kursi saja yang diimport dari Jerman sebesar 24 juta rupiah. Itu kemubadziran di legislatif. Bagaimana dengan di eksekutif?. Masih berdasarkan pemberitaan dari TV, renovasi Istana Negara menelan biaya total sebesar 80,48 M rupiah  untuk renovasi Istana Kepresidenan di Jakarta, Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tapak Siring, Bali. Sementara tidak jauh dari istana Negara, sebagian besar masyarakat Jakarta, hidup dibawah garis kemiskinan. Dan berita tentang ambruknya gedung sekolah seakan menjadi berita rutin.

Badingkan dengan kepemimpinan Umar bin Abd Azis ra., hanya dalam waktu kurang lebih 3,5 tahun- tidak ditemukan satu orangpun yang mau menerima pembagian zakat. Rakyatnya hidup dengan sejahtera. Keberhasilan seorang kholifah yang sampai saat ini belum ditemukan bandingannya. 

Kami telah menyediakan kendaraan dinas untuk Anda, wahai Amirul Mukminin,” ujar salah seorang sambil menunjuk sebuah kereta kuda yang indah dan khusus disiapkan untuk sang khalifah. Umar bin Abd. Azis berkata: Aku tidak menghendaki kendaran mewah ini. Kembalikan ia pada tempatnya dan jauhkan ia dariku. Semoga Allah memberkahi kalian.” Jawab sang Khalifah dan ia kemudian berjalan ke arah seekor keledai yang menjadi tunggangannya selama ini. Coab bandingkan dengan kendaraan mewah yang dimiliki para pemimpin kita saat ini.

Kita mendambakan seorang pemimpin bangsa yang paling tidak mendekati prestasi Umar bin Abd Azis. Kita wajib banyak membaca sejarah kepemimpinan tokoh-tokoh Islam pendahulu kita, untuk diambil ibrahnya. Dan kita ummat Islam tidak salah terus dalam memilih pemimpin bangsa. Kualitas pemimpin, adalah gambaran dari kualitas yang memilihnya. kalau pemimpin kita belum memuaskan, kita jangan menyalahkan mereka 100 %, kita turut andil dalam kejelekan mereka karena kita sendiri yang memilihnya.

Lebih dari 1433 tahun yang lalu, Nabi kita Muhammad saw., menyampaikan pesan dari Allah swt: kemubadziran adalah saudara syaithon.
Sesungguhnya orang-orang mubadzir itu adalah saudara syaithon, dan syaithon itu sangat ingkar kepada Tuhannya  [QS. Al-Isra: 27].

Saatnya kita melakukan revolusi sikap untuk tidak mengikuti saudara-saudara syaitan.

Yogyakarta, 4 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar