Senin, 23 Januari 2012

PERDEBATAN YANG TIADA AKHIR

Celaka Engkau Bila Suka Berdebat
 QS. Al-Anfal: 46
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan [berdebat], yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.


Muhammad saw., marah dan menegur keras Abudzar ra., ketika Abudzar mengucapkan perkataan yang tidak sopan terhadap Bilal ra., Rasulullah saw., mengatakan kepada Abudzar, bahwa didalam dirinya masih terdapat sifat-sifat jahiliyah.

Umar bin Khottab ra
Saya tidak takut terhadap musuh-musuhmu. Yang saya takutkan adalah kemaksiatan yang kalian lakukan.
Kemaksiatan, dapat melamahkan semangat jihad, dan menjauhkan kita dari rahmat Allah swt., yaitu berupa kemenangan terhadap musuh-musuh kita. Kita sebaiknya berpikir cerdas untuk mendeskripsikan: siapa sebenarnya musuh-musuh kita?, sehingga kita tidak mudah berdebat diantara kita sesama muslim. Pemandangan ini hampir tiap malam kita saksikan di TV.

Kekalahan demi kekalahan yang beruntun kita terima sejak awal kemerdekaan sampai dengan saat ini, mulai dari kekalahan ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan dan hampir disemua lini kehidupan, mungkin disebabkan karena demikian banyak kemaksiatan yang dilakukan oleh ummat Islam, mulai dari pemimpinnya sampai kemaksiatan yang dilakukan oleh rakyatnya. Kemaksiatan yang dilakukan secara berjamaah.

Hampir semua lapisan masyarakat, para politikus, LSM, para peneliti, bahkan para pemuka agama, seakan belomba menunjukkan kepakarannya bila membahas berbagai aib sesorang, aib partai politik, aib pemerintah, dan aib sesama manusia. Demikian yang rutin kita saksikan di TV. Apalagi bila dipandu oleh pewawancara [pembawa acara] yang pintar berbicara. Kita dibuat terpaku didepan TV, dengan penuh kesungguhan, bahkan sangat senang mendengarkan berbagai komentar para pakar di atas. Tanpa kita sadari, waktu terus berjalan meninggalkan kita tanpa pernah akan kembali.

Bisa dipahami, kalau tujuannya adalah untuk merubah atau memperbaiki  sistem pemerintahan. Namun kalau kita perhatikan, isi pembicaraan lebih dominan untuk mengungkit kesalahan orang lain, bisa sebagai lawan politiknya, atau hanya sekedar untuk menampilkan aib siapa saja. Yang penting acaranya ramai, dan rakyat dibuat puas/terlena dengan acara saling debat.

Kalau tujuannya untuk merubah atau memperbaiki sistem pemerintahan, apakah tidak ada cara lain, selain berdebat dan disaksikan oleh jutaan pasang mata?.
Kita sebaiknya jujur, bahwa memang para pemikir yang mengemas berbagai acara di TV, lebih senang bila menonjolkan aib seseorang. Mereka terlihat sangat puas bila mampu memojokkan lawan debatnya. Apalagi bila dihubungkan dengan partai politik, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Walau undang-undang pers mengatakan, bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi. Tapi isi informasi yang bagaimana yang dapat merubah masyarakat?. Apakah dengan mengetahui aib orang lain, lantas masyarakat otomatis bisa berubah menjadi lebih sejahtera?. Yang pasti, waktu kita sebagian besar habis didepan TV hanya untuk menyaksikan perdebatan.

Kita akui, bahwa para oknum pengelola Negara ini terlalu banyak yang tidak amanah, alias lebih mementingkan diri sendiri, keluarga, partai tempat dia bernaung, dan sebagainya. Oknum Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, dan oknum kepolisian, kerusakan yang mereka lakukan sudah boleh dikatakan telah sampai ketitik NADIR kesabaran rakyat. Namun apakah tidak ada cara lain yang lebih CERDAS, untuk memberitakan kesalahan yang mereka lakukan?. Apakah harus tiap hari topik yang sama ditampilkan di TV, bahkan satu topik sering diulang beberapa kali tampil di TV dengan pembicara yang berbeda.

Saya duga, kesemrautan yang ditampilkan di TV, sengaja ada pihak-pihak tertentu yang memang berkepentingan untuk melihat bangsa ini hanya terayun-ayun pada satu perdebatan menuju perdebatan lainnya. Sementara Nabi kita Muhammad saw., melarang keras ummatnya untuk saling berdebat. Apalagi menampilkan aib sesama muslim.

Lantas, Siapa yang diuntungkan selama ini?.
Para pelaku bisnis, tiap hari mereka menertawakan kita. Sambil dengan leluasa menguras habis sumber daya alam kita. Kemudian mereka berkata: Wahai rakyat Indonesia, teruskanlah perdebatan kalian, sampai pada suatu saat bila sumber daya alam kalian  telah benar-benar menipis bahkan telah benar-benar habis, maka dengan senang hati kami akan pergi meninggalkan Indonesia untuk mencari mangsa lain. Kita sebaiknya sadar pada hakekatnya, mereka hanya datang untuk menumpang mencari nafkah di Negara kita. Walaupun dikemas dengan cara yang legal sebagai investor

Sampai kapan kita tidak mampu mengelola sumber daya alam kita sendiri?. Apakah setelah 66 tahun merdeka, negara ini belum memiliki SDM yang mampu untuk mengelola sumber daya alamnya sendiri?. 

Hentikan perdebatan di TV, mari kita cari cara lain untuk memilih wakil-wakil kita yang amanah dan profesional untuk mengelola negara ini. Wallahu a'lam.



Manado, 23 Januari 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar