Kamis, 05 Januari 2012

PERDAGANGAN YANG TIDAK MERUGI

Siapkan Landasan Yang Besar Untuk Landing Pesawat Besar


Ketika seorang wartawan bertanya kepada Watson [pendiri IBM], apakah jalan pintas untuk mempercepat kesuksesan saya?. Jawaban dari pendiri IBM, perbanyak kegagalan Anda. Pendiri Hyundai Corporate berkata: yang Anda saksikan dari kesuksesan saya saat ini, adalah hanya 1 %, sedangkan 99 % nya adalah KEGAGALAN.

Realita kehidupan: kesuksesan dan kegagalan bagaikan dua sisi mata  uang logam yang tidak bisa dipisahkan. Demikian pula dengan perdagangan, kadang mendapatkan keuntungan dan kerugian. Tidak ada proses perdagangan yang mengalami keuntungan terus menerus.

Nabi kita  Muhammad saw, berkata: Allah swt menciptakan 100  rahmat. 99 rahmat ditangguhkan untuk orang-orang beriman di Sorga. Sedangkan 1 rahmat sisanya, diturunkan kedunia [Al-Hadist].

Dengan 1 rahmat inilah Allah mencukupi kehidupan semua makhluqNya, baik orang beriman, orang kafir, munafiq, fasik, dan semua binatang yang berada dipermukaan bumi ini. Harta yang dimiliki oleh oarang kaya, super kaya, miskin, dan super miskin semuanya hanya 1 bagian dari rahmat yang diciptakan Allah swt. Rahmat yang 1 bagian inilah yang diperebutkan manusia dengan berbagai cara, halal, haram, atau subhat

Suatu ketika, kafilah dagang Abdurrahman bin Auf ra., menggetarkan kota Madina, yang saat itu sedang mengalami musim paceklik. Aisyah ra., bertanya: suara apakah itu?, mereka mejawab, suara kafilah dagang dari Abdurrahman bin Auf ra. Aisyah ra., spontan Aisyah ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk Sorga dengan merangkak. Mendengar berita tersebut, Abdurrahman bin Auf ra langsung mengifakkan semua harta yang dibawa dalam kafilah tersebut, sambil berkata: semoga dengan harta ini saya bisa memasuki Sorga tidak dengan merangkak.

Penggalan cerita di atas, hanya sebagian dari realita kehidupan  tentang keuntungan dan kerugian. Lantas, dengan apa kita akan mendapatkan perdagangan yang tidak akan merugi?.

Abu Bakr ra, Umar ra, Ustman ra, Abdurrahman ra., dan para salafus sholeh telah mendemonstrasikan  bentuk perdagangan yang tidak akan merugi di dunia dan akhirat, yaitu dengan meletakkan harta di tangan, bukan dicantolkan di dalan qolbu mereka. Harta yang mereka miliki dijadikan sebagai wasilah [jembatan] penyeberangan menuju kehidupan yang  abadi.

Kajian peradaban menyebutkan, bahwa salah satu tonggak peradaban Islam yang bertahan selama lebih dari 1000 tahun, adalah kegemaran berinfak dari kaum Muslimin diseluruh dunia. Yang mereka infakkan, bukan hanya harta, tetapi apa saja yang mereka miliki, termasuk jiwa mereka. Para mufassirin mengatakan: sangat berat bagi kita untuk berjihad dengan jiwa, bila dengan jihad harta saja kita masih pelit. Itulah salah satu hikmah urutan jihad dalam al-qur'an, yaitu pertama jihad al-amwal, kemudian diikuti jihad al-anfus [jiwa].
"Wahai orang beriman, sukakah Aku tunjukkan kepadamu suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?. Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui [QS. 61 ayat 10-11].

Perdagangan apalagi yang dijamin oleh Allah tidak akan merugi?. Tijaratan lan tabuur [perdagangan yang tidak merugi]. pertama: yatluuna kitaaballaahi [membaca al-qur'an]. Kedua: Waaqomussholata [menegakkan sholat]. Ketiga: Waanfaquu mimma rozaqnaahum sirranw wa'alaniyatan [menginfakkan sebagian harta dengan diam-diam dan terang-terangan]. Yarjuuna tijaratan lan tabuur [mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi [QS.35 ayat 29]. jadi perdagangan yang dijamin oleh Allah swt tidak akan merugi adalah rutin tilawah qur'an, menegakkan sholat, dan rutin berinfak.

Demikian resep kehidupan dari Allah swt yang dapat menghantarkan kita kepada perdagangan yang tidak akan merugi. Jaminan manusia kadang tepat, kadang meleset. Tetapi jaminan dari Allah swt pasti benar. Telah dibuktikan oleh para pendahulu kita, mereka mampu menguasai dunia selama lebih dari 1000 tahun hanya dengan salah satunya adalah: gemar berinfak, dan gemar berkorban.

Sebaiknya kita mengikuti para pendahulu kita, daripada mengikuti pola pikir materialisme yang terlalu mengagungkan harta. Wallahu a'lam.

Yogyakarta, 5 januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar